Quantcast
Channel: Blog • AKU ISLAM
Viewing all articles
Browse latest Browse all 586

Seputar Bid’ah-Bid’ah Dalam Shalat Tarawih

$
0
0

Oleh : Muhammad Rizky (Masasiswa UIN Malang jurusan Pendidikan Agama Islam 2015)

 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh teman-teman semua.

Alhamdulillah-tidak terasa kita sudah memasuki bulan suci yang mulia bulan yang diturunkannya Al qur’an bulan yang dirindukan oleh orang-orang yang beriman yaitu bulan Ramadhan.

Nah biasanya dalam bulan Ramadhan ini ada ibadah-ibadah tertentu yang sering dilakukan hanya pada bulan Ramadhan yang tidak di lakukan di bulan-bulan lainnya.

Salah satunya yaitu melaksanakan sholat tarawih di mana ada beberapa golongan yang melaksanakan sebanyak 23 rakaat dan ada juga yang 11 rakaat.

Namun dalam artikel ini saya tidak membahas tentang perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat sholat tarawih, namun saya ingin membahas tentang bid’ah-bid’ah dalam shalat tarawih.

Apakah shalat tarawih kita sudah sesuai syariat ataukah diluar dari yang disyariatkan?

Mari kita ulas secara satu persatu.

HAKIKAT BID’AH

Asal kata bid’ah adalah menciptakan (suatu hal yang baru) tanpa ada contoh sebelumnya.[1]

Adapun bid’ah menurut makna syar’i, ialah sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Ibnu Taimiyah, yaitu segala cara beragama yang tidak disyari’atkan oleh Allah dan RasulNya; yakni yang tidak diperintahkan, baik dalam wujud perintah wajib atau berbentuk anjuran, baik berupa keyakinan, ibadah dan muamalah.[2]

Sedangkan menurut Imam Asy Syathibi, bid’ah ialah suatu cara dalam beragama yang dibuat untuk menandingi syari’at yang ada (yakni menyerupai cara ibadah yang disyari’atkan, padahal hakikatnya tidaklah sama, bahkan bertentangan dengannya); tujuan pelaksanaannya ialah untuk berlebihan dalam ibadah kepada Allah.

Jadi, yang dimaksud dengan bid’ah, ialah segala bentuk praktek beragama yang tidak memiliki dalil atau landasan hukum dalam agama yang mengindikasikan keabsahannya.

Adapun yang memiliki dasar dalam syari’at yang menunjukkan keberadaannya, maka secara syari’at tidaklah dikatakan sebagai bid’ah, meskipun secara bahasa dikatakan bid’ah.

Maka setiap orang yang membuat-buat sesuatu, lalu menisbatkannya kepada ajaran agama, namun tidak memiliki dalil atau landasan hukum dari agama, maka hal itu termasuk bid’ah.

 

BID’AH BID’AH DALAM SHALAT TARAWIH

Dalam rubik ini, saya akan menguraikan bahasan khusus seputar masalah bid’ah dalam shalat tarawih yang banyak menyebar di tengah masyarakat, dan diyakini sebagai perkara sunnah serta dianggap baik oleh sebagian besar orang awam.

Akibatnya sunnah-sunnah shalat tarawih yang dianjurkan, banyak kehilangan bentuk dan kemurniannya.

Di antara bid’ah yang lazim terjadi di masyarakat seputar masalah shalat tarawih, ialah sebagai berikut.

1. Shalat tarawih seperti ayam mematuk makanan

Mayoritas imam masjid kurang memiliki akal sehat dan pengetahuan agama yang baik.

Hal itu nampak dari cara melakukan shalat.

Bahwa hampir semua shalat yang dilakukan, mirip dengan shalatnya orang yang sedang kesurupan, terutama ketika shalat tarawih.

Mereka melakukan shalat 23 raka’at hanya dalam waktu 20 menit, dengan membaca surat Al ‘Ala atau Adh Dhuha.

Bentuk dan cara shalat tarawih yang seperti itu, jelas bertentangan dengan cara shalat tarawih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan ulama salaf. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara-perkara baru (bid’ah), karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap yang bid’ah adalah sesat”.

[Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Ad Darimy meriwayatkan, bahwa Abu Aliyah berkata,

”Jika kami mendatangi seseorang untuk menuntut ilmu, maka kami akan melihat ia shalat. Jika ia shalat dengan benar, kami akan duduk untuk belajar dengannya. Dan kami berkata,’Dia akan lebih baik dalam masalah lain’. Sebaliknya, jika shalatnya rusak, maka kami akan berpaling darinya dan kami berkata,’ Dia akan lebih rusak dalam masalah yang lain”.[3]

Dan suatu hal yang menguatkan lagi, bahwa demikian itu menjadi perkara bid’ah, karena dikerjakan secara rutin dan permanen pada setiap bulan Ramadhan.

Mereka beranggapan, bahwa hal itu merupakan cara terbaik dalam menunaikan shalat tarawih.

 

2. Membaca surat Al-An’am dalam satu rakaat dari shalat tarawih

Para ulama menganggap, bahwa membaca surat Al-An’am dalam satu rakaat dari shalat tarawih termasuk perbuatan bid’ah, karena demikian itu tidak bersandarkan kepada suatu dalil.

Adapun hadits dari Ibnu Abbas dan Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah bersabda:

أُنْزِلَتْ سُوْرَةُ الأَنْعَامِ جَمَّةً وَاحِدَةً يُشَيِّعُهَا سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ بِالتَّسْبِيْحِ وَالتَّحْمِيْدِ

Surat Al’An’am diturunkan sekaligus dalam sekali tahapan yang dihantarkan oleh tujuh puluh ribu malaikat sambil membaca tasbih dan tahmid”.

Banyak orang awam yang tertipu dengan hadits ini.

Padahal menurut Imam As Suyuthi, bahwa hadits di atas adalah dhaif. Andaikata pun hadits tersebut shahih,

juga sedikitpun tidak ada anjuran yang bersifat sunnah dibaca dalam satu rakaat.

Membaca surat Al An’am dalam satu raka’at bisa dikatakan bid’ah karena beberapa alasan sebagai berikut.

Pertama, mengkhususkan surat Al An’am menipu ummat, bahwa surat yang lain kurang afdhal atau tidak baik untuk dibaca pada waktu shalat tarawih.

Kedua, bacaan tersebut hanya dikhususkan pada waktu shalat tarawih.

Ketiga, memberatkan kaum muslimin terutama orang awam, sehingga mereka akan marah atau jengkel atau timbul kebencian terhadap ibadah.

Keempat, yang demikian itu menyelisihi sunnah, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar raka’at kedua lebih pendek daripada raka’at pertama, sementara bid’ah ini telah merubah secara tolal sunnah tersebut dan melawan syari’at.[4]

 

3. Membaca beberapa ayat yang mereka sebut ayat-ayat Hirs (perlindungan)

Mengumpulkan beberapa ayat yang mereka sebut dengan nama ayat-ayat perlindungan, lalu dibaca secara keseluruhan di akhir raka’at dalam shalat tarawih.[5]

 

4. Bid’ah dzikir dan do’a ketika hendak memulai shalat tarawih

Ucapan seorang bilal atau imam ketika hendak memulai shalat tarawih yang dibaca dengan berjama’ah dan suara keras.[6]

Contohnya seperti :

صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ رَحِمَكُمُ اللهُ .صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ آجَرَكُمُ اللهُ

Kebid’ahan ini banyak sekali menyebar di negeri ini.

Dianggap sebagai sesuatu yang baik dan sunnah, padahal hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat.

Padahal setiap cara ibadah dan praktek agama yang tidak ada dalil atau landasan hukumnya, maka tertolak dan dinyatakan sebagai perbuatan bid’ah.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang membuat-buat ibadah dalam ajaran kami ini (Islam) yang bukan merupakan bagian darinya, maka amalan itu tertolak”. [HR Bukhari].

 

5. Berdzikir yang dipandu oleh bilal

Berdzikir dengan dipandu seorang bilal setiap selesai shalat dua raka’at dari shalat tarawih, maka perbuatan seperti ini termasuk bid’ah.

Namun terkadang bacaan dzikir dilakukan sendiri-sendiri dengan ringan, atau terkadang dzikir tersebut dibaca secara berjama’ah.[7]

Karena membuat tata cara baru dalam beribadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan perbuatan bid’ah.

Dari Jabir bin Abdullah diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk ibadah adalah yang dibikin-bikin, dan setiap bid’ah itu adalah sesat”.[8]

Perbuatan itu dengan jelas telah menyelisihi sunnah.

Sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menganjurkan membaca dzikir secara berjama’ah dalam shalat tarawih.

Begitu pula beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan bacaan dzikir-dzikir tersebut.

Maka bentuk dzikir seperti itu bertentangan dengan sunnah Rasulullah dan kebiasaan para sahabat.

Demikianlah penjelasan beberapa bid’ah seputar shalat tarawih, yang penah saya temui secara umum sudah banyak tersebar di tengah masyarakat.

Mungkin ada beberapa pendapat ulama juga yang membolehkan dan ada juga yang tidak.

Saya berharap adapun perbedaan pendapat antara ulama masalah tentang tatacara shalat tarawih ini semua kita kembalikan kepada Alqur’an dan Sunnah agar umat islam tidak tepecah belah dan tidak saling mengucilkan satu sama lain hanya karena sebab perbedaan pendapat.

Akhirul kalam Wallahumu’afiq ila aqwamittoriq Wasslamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

 

Nota rujukan:

[1] Mu’jamul Maqayis Fil Lughah, Ibnu Faris halaman 119.

[2] Fatawa Ibnu Taimiyah IV 107-108

[3] As Sunnan Wal mubtadat, Syaikh Muhammad bin Abdussalam, Darul Fikr

[4] Amru bin Ittiba’ Wan Nahyu Anil Ibtida’, Imam As Suyuthi, Maktabatul Qur’an.

[5] Al Baits Ala Inkaril Bida’ Wal Hawadits, Abu Syamah Al Maqdisy, Darur Rayyah, Riyadh.

[6] Mu’jamul Bida’, Raid bin Sabri bin Abi ‘Alfah, Darul Ashimah, halaman 98.

[7] Al Hawadits Wal Bida’, Imam Abu Bakar At Thurthusy, Dal Ibnul Jauzy, Riyadh.

[8] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al Jumu’ah; meringkas shalat dan khutbah 1:592 dengan nomor 867.

The post Seputar Bid’ah-Bid’ah Dalam Shalat Tarawih appeared first on AKU ISLAM.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 586